Minggu, 13 April 2014

Kefanaan Yang Nyata
Nisa Nur Maulani

Dunia ini fana
Tersimpan berjuta tipu daya disana
Selaksa air mata duka terlihat bahagia
semuanya penuh tanda tanya

Dunia ini indah
Bagi hidup yang dihiasi ibadah
serta usaha yang pantang menyerah
mengombinasikan dua dunia selalu terarah

Dunia ini menyilaukan
Batu arang laksana akik bertahtakan intan
Atau bahkan...
Fortuner dilihat unta kurus kelaparan
Kini..
Desing peluru berhantaman
Memadukan suara penuh dukungan
Memperebutkan fatamorgana kedudukan
Persetan orang bilang ini pesta
Yang katanya pemilihan suara
Yang semuanya...
Hanya bisa kutitipkan dalam doa
Pasrah terhadap putusan-Nya


Yogyakarta, 13 April 2014
at 10.18 pm


Sabtu, 12 April 2014

KIAT MENEMBUS MEDIA MASSA
 Nisa Nur Maulani

            Jurnalistik merupakan sebuah dunia yang banyak digandrungi untuk waktu sekarang ini. Bahkan ada segelintir orang menganggap kegiatan jurnalistik, seperti mengirim artikel di media massa dapat menambah pendapatan sekaligus sebagai penghasilan sampingan. Media yang digunakan untuk mengaplikasikan kemampuan jurnalistik biasanya sebuah media massa yang berbentuk cetak seperti koran, majalah, tabloid dan lain sebagainya. Dewasa ini banyak orang berlomba-lomba mengirimkan hasil karyanya untuk dapat menembus sebuah media massa cetak seperti koran. Tentu itu menjadi suatu usaha yang tak mudah dilakukan. Dalam usahanya untuk dapat menembus dan meloloskan tulisannya supaya dapat diplublikasikan oleh media massa cetak baik lokal maupun nasional, seorang penulis harus mengerti dan memahami terlebih dahulu, tidak langsung asal mengirimkan karyanya jika tak ingin tulisan yang dikirimnya sia-sia atau bahkan tak dilirik oleh redaksi media massa tersebut.
            Hal dasar yang harus dilakukan oleh pengirim adalah memahami media massa cetak yang akan dimasukinya. Mengetahui kriteria, gaya bahasa, serta kecenderungan dari media cetak tersebut. Akan lebih baik jika sebelum menirimkan karya, pengirim membeli koran atau majalah terbitan beberapa edisi terakhir agar dapat mengamati gaya bahasa yang biasa diterbitkan. Disarankan bagi pengirim pemula, janganlah terlalu ‘muluk’ untuk dapat menembus media nasional sedang media lokal saja masih dalam tahap berusaha. Ketika nanti media lokal telah berada di genggaman tangan, barulah dianjurkan untuk mencoba mengirim karya ke media nasional karena setidaknya pengirim sudah mempunyai ‘nama’ yang bisa dibilang suatu prestasi dan akan menjadi point tambahan di mata redaksi media massa.
            Untuk dapat memperbesar peluang di pulbikasikannya suatu karya, sebaiknya mengirimkan tulisan sesuai dengan topik yang sedang hangat dibicarakan di lingkuangan masyarakat. Meski telah banyak orang yang berpendapat dan terfokus pada satu topik yang sama, namun ketika pengirim dapat memberikan pendapat berdasarkan perspekktifnya sendiri yang tentunya dengan sudut pandang yang berbeda dari yang lain, maka besar kemungkinan tulisan tersebut dilirik tim redaksi untuk kemudian dipilih dan dipublikasikan karena daya tariknya yang berbeda. Dalam hal ini, identitas diri dari pengirim janganlah terlupakan. Minimal nama, nomor telepon, alamat e-mail, serta nomor rekening karena ketika dipublikasikan, karya kita akan dihargai dengan dikirimkannya nominal sebagai hasil keringat menulis  karya. Hal yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah bahasa yang digunakan, janganlah menggunakan bahasa yang alay atau bahasa tutur yang terkesan begitu santai apabila penulis hendak mengirim tulisan untuk rubrik bertajuk opini. Kolom opini hendaknya menggunakan bahasa yang jelas, tegas, dan mudah dimengerti. Tidak menggunakan bahasa yang bertele-tele serta tidak mengena kepada topik pembicaraan. Hal ini  berbeda jika pengirim hendak mengisi kolom cerpen yang berisi cerita fiksi, biasanya rubrik cerpen adalah rubrik yang santai, banyak humor serta canda-tawa. Dalam hal ini pengirim tak harus mencermati penulisan secara mendetail meski pilihan kata yang akan digunakan harus tetap diutamakan.
            Ketika semua usaha telah dilakukan dan ternyata pada usaha pertama karya yang dikirimkan ditolak tim redaksi, seorang pengirim tak layak untuk berputus asa. Seperti kata pepatah bahwa kegagalan adalah awal dari kesuksesan. Minimal ketika penulis mengirimkan karya secara terus menerus, tim redaksi mengenal nama pengirim, hingga kemudian merasa tak asing didengarnya. Sedikit demi sedikit tim redaksi akan melirik tulisan yang selalu dikirim tanpa mengenal putus asa yang kemudian dapat dimuat dan dipublikasikan oleh media massa yang penulis inginkan.

            Namun ketika semua usaha telah dikerahkan dan memang keberuntungan belum berpihak, setidaknya seorang penulis tetap harus bersemangat dan tak berputus asa karena karya yang baik bukan ditujukan untuk dipamerkan dan dipulbikasikan terhadap orang banyak melainkan sebagai kepuasan hati terhadap karya sendiri.

Jumat, 11 April 2014

AJANG EKSPLORASI JURNALISME SMA(ANALISIS WACANA RUBRIK “KOKI KACA” KEDAULATAN RAKYAT BAGI SISWA MAN 3 YOGYAKARTA)

Nisa Nur Maulani

Abstrak
            Sebagian besar media massa yang ada di Yogyakarta seperti koran memberi kesempatan bagi para mahasiswa, dosen, politikus untuk dapat mengapresiasikan hasil karyanya melalui rubrik-rubrik opini di berbagai media massa. Tak banyak dari mereka (media massa) yang memberi kesempatan kepada siswa-siswi SMA yang dalam masalah ini difokuskan kepada MAN 3 Yogyakarta untuk dapat mengasah kemampuan mereka khususnya di bidang jurnalistik. Namun, kedaulatan rakyat muncul memberi hal yang berbeda dengan menyediakan satu rubrik khusus dengan jatah satu halaman yang diberi nama “Kaca”. Terbit seminggu sekali yakni setiap hari kamis. Selain memeberikan pengalaman kejurnalistikan bagi siswa MAN 3 Yogyakarta, rubrik kaca juga dapat memberi pengalaman tentang dunia sosial seperti bagaimana berinteraksi dengan para narasumber yang mereka lakukan ketika mencari berita serta ketika berinteraksi dengan teman sesama tim yang bisa jadi berbeda latar belakang, kepercayaan, dan pandangan hidup. Dalam mengkaji masalah ini, penulis menggunakan analisis wacana untuk mengetahui bagaiamana  latarbelakang  dari koki kaca serta tujuan dari pengadaan rubrik koki kaca tersebut.

Kata Kunci : koran, jurnalistik, MAN 3 Yogyakarta, analisis wacana.



Latar Belakang

            Jurnalisme merupakan suatu hal yang menjadi hobi dadakan dewasa ini, wajar jika sejak dini siswa-siswi khususnya SMA di Yogyakata melatih kemampuan kejurnalistikannya. Rubrik Kaca yang terbit seminggu sekali yakni pada hari kamis oleh Kedaulatan Rakyat merupakan salah satu bentuk kepedulian media massa khususnya koran untuk melatih bakat jurnalisme siswa-siswi SMA.
            Tak banyak yang tau tentang adanya rubrik ini[1], namun jangan menganggap remeh karena rubik ini telah ada sejak kurang lebih 5 tahun yang lalu yang hingga sekarang ini telah menjebolkan 24 angkatan dengan perekrutan 4 angkatan setiap tahunnya. Setiap masa perekrutan atau mereka biasa menyebutnya satu angkatan terdiri dari beberapa tim, yang setiap tim terdiri dari 3-4 siswa. “Koki” adalah sebutan untuk personil tim sedangkan “Kaca” adalah nama rubrik yang dipakai, sehingga mereka disebut dengan Koki Kaca. Jumlah siswa yang diterima dalam perekrutan pun tidak ditentukan karena sesuai dengan jumlah pendaftar, apabila yang mendaftar terbilang banyak, maka yang terpilih untuk menjadi Koki pun juga banyak, begitu juga sebaliknya apabila pendaftar hanya berbilang jumlah sedikit, maka calon Koki yang diterima pun sedikit. Setelah proses perekrutan selesai dan terpilih maka siswa-siswi tersebut dikelompokkan menjadi beberapa tim yang setiap timnya memilki jatah tampil selama 4 kali edisi dengan tema yang berbeda-beda pada setiap edisinya.
            Setiap edisi kaca, siswa-siswi yang telah tergabung dalam tim mendapatkan job untuk membuat satu judul sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Dalam sebuah edisi Kaca yang bertema “Latah” terdapat beberapa judul yaitu Latah Punya Cerita, Membawa Keberuntungan, Bisa Disembuhkan, dan Boleh Digoda, Tapi Lihat Situasi[2]. Dengan adanya pembagian tugas tersebut, maka setiap siswa-siswi yang menjadi anggota kaca tentunya secara tidak langsung telah belajar untuk menjadi seorang penulis muda yang dapat menjadi bekal ketika telah dewasa kelak.
            Mengikuti pemilihan dan tentunya terpilih menjadi personil kaca adalah sebuah pengalaman yang awesome. Banyak pengalaman baru yang tak bisa ditemukan di kehidupan sehari-hari. Teman baru dengan agama yang berbeda-beda tentunya menjadi suatu hal yang unik bagi siswa MAN 3 Yogyakarta, mereka yang biasanya mempunyai teman dengan kepercayaan yang sama yakni agama Islam, kini sudah bisa membuka mata karena banyak teman dengan agama yang berbeda mereka temukan disini. Yang tak kalah penting tentunya pengalaman mereka di bidang kejurnalistikan. Dengan status sebagai anak SMA, siswa-siswi MAN 3 Yogyakarta yang terpilih menjadi personil Koki ini bisa mengembangkan potensi mereka di dunia tulis menulis dan tentunya menjadi suatu motivasi tersendiri karena mereka berada dibawah naungan instansi yang telah diakui eksistensinya yakni Kedaulatan Rakyat. Menurut salah seorang mantan personil Koki Kaca, bisa menjadi personil tim Kaca dan menjadi wartawan itu sangat menyenangkan, karena seorang wartawan bisa tahu apa yang orang lain tidak ketahui (dalam hal mencari berita) serta bisa bertemu dengan orang-orang hebat dan para pakar-pakar terkemuka yang ahli dalam bidangnya[3].
            Dengan dibimbing oleh seorang Redaktur Kedaulatan Rakyat bernama Agung Purwandono, siswa-siswi tersebut mengekpresikan kekreatifannya dalam mengolah kata-kata. Namun ternyata, sebelum siswa-siswi tersebut menjalankan tugasnya sebagai personil Koki, mereka harus mengikuti training atau yang biasa disebut dengan sekolah kaca selama kurang lebih 2 bulan lamanya hingga akhirnya masa jabatan angkatan sebelumnya habis kemudian koki angkatan baru naik untuk menjalankan tugasnya selama masa jabatan 4 kali tampil edisi di Kedaulatan Rakyat.
            Uniknya, apabila masa jabatan satu angkatan atau satu tim itu habis, siswa-siswi tersebut tidak langsung lepas atau vakum dari segala aktifitas di Kedaulatan Rakyat. Mereka masih tetap bisa menunjukkan eksistensinya dengan cara menjadi panitia di berbagai event yang diadakan oleh Kedaulatan Rakyat, bahkan semua alumni Koki Kaca yang telah menyelesaikan masa jabatannya membuat sebuah organisasi yang diberi nama “PADAKA-CARMA” (persaudaraan alumni kaca dan reporter remaja) yang eksistensinya terlihat hingga sekarang terbukti dengan adanya sebuah edisi khusus alumni Reporter Kaca dengan tema Menjaga Kebersihan Pantai yang diselenggarakan oleh Ocean of Life Indonesa (OLI), sebuah lembaga yang peduli pada lingkungan pantai[4].


[1] Berdasarkan penelitian mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
[2] Kaca edisi Jumat Kliwon 20 Juli  2012 halaman 13
[3] Hasil wawancara dengan  Nurhayati sugiyarno Putri, seorang Padaka-Carma (persaudaraan alumni kaca dan reporter remaja) MAN 3 Yogyakarta
[4] Kaca edisi Kamis Pahing 3 April 2014 halaman 11